Inilah Asal Usul Tentang Tradisi Mudik di Indonesia
Saat bulan ramadhan akan berakhir, ada sebuah tradisi tahunan yang dilakukan oleh hampir sebagian besar masyarakat di Indonesia, tradisi itu yakni mudik. Mudik yakni acara yang dilakukan oleh perantau untuk pulang ke kampung halamannya, tradisi ini biasanya dilakukan ketika libur panjang menjelang hari raya besar yang salah satunya yakni hari raya Idul Fitri.
Hari raya Idul Fitri merupakan hari raya besar umat Islam di seluruh dunia yang dilaksanakan pada tanggal 1 Syawal sebagai mengambarkan berakhirnya bulan suci ramadhan. Idul Fitri ini biasanya dijadikan momentum bagi para perantau untuk pulang ke kampung halamannya biar mampu berkumpul bersama dengan keluarga tercinta.
Selain itu, ketika lebaran Idul Fitri juga terjadi libur panjang di Indonesia, hal ini juga yang membuat para perantau melaksanakan tradisi mudik ke kampung halaman.
Bicara soal mudik, bahu-membahu semenjak kapan bahu-membahu awal mula tradisi mudik lebaran di Indonesia ini bermula?
Mudik bahu-membahu yakni hanyalah sebuah kata akronim dari bahasa Jawa Ngoko, yakni "mulih dilik" atau kalau diartikan ke dalam Bahasa Indonesia berarti pulang sebentar. Kata mudik ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan lebaran, karena dahulu memang belum ada istilah tersebut.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu kata mudik ini sering dikaitkan juga dengan kata "udik". Dalam KBBI, kurang berilmu memiliki arti kampung, desa, dusun, atau kawasan yang merupakan lawan kata dari kota. Dari situlah muncul artian bahwa mudik itu merupakan acara seseorang yang pulang ke kampung halamannya dari rantau.
Istilah mudik memang gres dikenal sebagai tradisi dalam beberapa tahun belakangan ini, namun bahu-membahu acara ini sudah ada semenjak zaman kerajaan Majapahit.
Orang-orang perantau pada zaman Majapahit dahulu juga melaksanakan tradisi mudik ini, mereka pulang ke kampung halamannya untuk membersihkan makam para leluhur untuk meminta keselamatan serta kelancaran dalam mencari rezeki.
Sementara itu, tradisi mudik lebaran gres berkembang sekitar tahun 1970-an. Jakarta pada dikala itu menjadi satu-satunya kota dengan perkembangan paling pesat di Indonesia.
Hal ini menarik minat para masyarakat kawasan untuk datang merantau ke Jakarta karena banyak lapangan pekerjaan yang tersedia di sana. Jakarta menjadi tempat harapan bagi para pencari pekerjaan untuk mengubah nasib mereka.
Para perantau yang sudah menerima pekerjaan di Jakarta biasanya hanya mendapat jatah libur panjang ketika menjelang lebaran saja, sehingga momentum itulah yang dimanfaatkan oleh para perantau tersebut untuk pulang ke kampung halamannya biar mampu berkumpul dengan keluarga mereka.
Hingga dikala ini, tradisi tersebut terus dilakukan oleh para perantau yang berada di luar kampung halaman mereka ketika menjelang lebaran. Tak hanya yang di Jakarta, tradisi mudik dikala ini juga sudah meluas ke banyak sekali kawasan di Indonesia dan terlihat begitu berubah menjadi sebuah fenomena.
Biasanya pemudik (sebutan untuk orang yang mudik) akan mulai pulang ke kampung halamannya antara H-7 sampai H-1 lebaran. Sebab biasanya pada waktu-waktu tersebut libur panjang sudah dimulai.
Jumlah pemudik dari tahun ke tahun juga terus meningkat. Para pemudik biasanya memilih menggunakan transportasi umum menyerupai bus, kereta api, pesawat dan kapal sebagai alat transportasi untuk mudik mereka.
Namun, dikala ini juga banyak pemudik yang memilih menggunakan kendaraan langsung menyerupai kendaraan beroda empat dan motor untuk mudik ke kampung halaman.
Hari raya Idul Fitri merupakan hari raya besar umat Islam di seluruh dunia yang dilaksanakan pada tanggal 1 Syawal sebagai mengambarkan berakhirnya bulan suci ramadhan. Idul Fitri ini biasanya dijadikan momentum bagi para perantau untuk pulang ke kampung halamannya biar mampu berkumpul bersama dengan keluarga tercinta.

Selain itu, ketika lebaran Idul Fitri juga terjadi libur panjang di Indonesia, hal ini juga yang membuat para perantau melaksanakan tradisi mudik ke kampung halaman.
Bicara soal mudik, bahu-membahu semenjak kapan bahu-membahu awal mula tradisi mudik lebaran di Indonesia ini bermula?
Arti Kata Mudik
Mudik bahu-membahu yakni hanyalah sebuah kata akronim dari bahasa Jawa Ngoko, yakni "mulih dilik" atau kalau diartikan ke dalam Bahasa Indonesia berarti pulang sebentar. Kata mudik ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan lebaran, karena dahulu memang belum ada istilah tersebut.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu kata mudik ini sering dikaitkan juga dengan kata "udik". Dalam KBBI, kurang berilmu memiliki arti kampung, desa, dusun, atau kawasan yang merupakan lawan kata dari kota. Dari situlah muncul artian bahwa mudik itu merupakan acara seseorang yang pulang ke kampung halamannya dari rantau.
Awal Mula Tradisi Mudik Idulfitri di Indonesia
Istilah mudik memang gres dikenal sebagai tradisi dalam beberapa tahun belakangan ini, namun bahu-membahu acara ini sudah ada semenjak zaman kerajaan Majapahit.
Orang-orang perantau pada zaman Majapahit dahulu juga melaksanakan tradisi mudik ini, mereka pulang ke kampung halamannya untuk membersihkan makam para leluhur untuk meminta keselamatan serta kelancaran dalam mencari rezeki.
Sementara itu, tradisi mudik lebaran gres berkembang sekitar tahun 1970-an. Jakarta pada dikala itu menjadi satu-satunya kota dengan perkembangan paling pesat di Indonesia.
Hal ini menarik minat para masyarakat kawasan untuk datang merantau ke Jakarta karena banyak lapangan pekerjaan yang tersedia di sana. Jakarta menjadi tempat harapan bagi para pencari pekerjaan untuk mengubah nasib mereka.
Para perantau yang sudah menerima pekerjaan di Jakarta biasanya hanya mendapat jatah libur panjang ketika menjelang lebaran saja, sehingga momentum itulah yang dimanfaatkan oleh para perantau tersebut untuk pulang ke kampung halamannya biar mampu berkumpul dengan keluarga mereka.
Hingga dikala ini, tradisi tersebut terus dilakukan oleh para perantau yang berada di luar kampung halaman mereka ketika menjelang lebaran. Tak hanya yang di Jakarta, tradisi mudik dikala ini juga sudah meluas ke banyak sekali kawasan di Indonesia dan terlihat begitu berubah menjadi sebuah fenomena.
Biasanya pemudik (sebutan untuk orang yang mudik) akan mulai pulang ke kampung halamannya antara H-7 sampai H-1 lebaran. Sebab biasanya pada waktu-waktu tersebut libur panjang sudah dimulai.
Jumlah pemudik dari tahun ke tahun juga terus meningkat. Para pemudik biasanya memilih menggunakan transportasi umum menyerupai bus, kereta api, pesawat dan kapal sebagai alat transportasi untuk mudik mereka.
Namun, dikala ini juga banyak pemudik yang memilih menggunakan kendaraan langsung menyerupai kendaraan beroda empat dan motor untuk mudik ke kampung halaman.
Komentar
Posting Komentar